26 December 2008

Jefri Poljana(lagi???)

masih ingat kan dengan Jeffry Poljana :D nih lanjutannya:D
Entah bagaimana perasaan Jeffrey Polnaja ketika menyusuri jalan berkelok di negara Bhutan. Jalan berkelok dan mendaki, bagai susunan lapis, ketika ia melihat kembali ke belakang. Bhutan yang terkenal dengan sebutan the land of thunder dragon, memang jalannya penuh kelokan dan berselimut kabut. Kabut datang karena ketinggian wilayah itu yang berada di atas 1500-7000 meter di atas permukaan laut.

Jalan panjang ia lalui, meski dalam sehari ia hanya menjumpai satu dua kendaraan yang melintas.“Daerahnya sangat sepi. Satu negara penduduknya hanya 600 ribu orang,”ujarnya kepada saya ketika Jeffrey sudah sampai di India.

Tujuh bulan sudah ia meninggalkan tanah air untuk menggenapi impiannya keliling dunia. Perjalanan panjang ini bukan sekedar memenuhi ambisinya bersepeda motor. Ride for Peace menjadi tema sentral yang diusungnya. Pesan yang ingin ia sampaikan, masih ada kedamaian di Indonesia. Dengan perjalannnya ia juga ingin mengatakan, damai itu keindahan bagi siapapun, tanpa melihat perbedaan yang ada.Perjalanan panjang sudah ia lalui sebelumnya dengan melintasi Malaysia, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, China, kembali lagi ke Vietnam, Thailand, Banglades dan Bhutan yang ia masuki melalui India.Satu-satunya negara yang tidak membolehkan ia masuk hanya Myanmar. Tema ride for peace dikhawatirkan menjadi isu sensitif di sana. Kendaraan pun diangkut dengan pesawat udara. “Jangan-jangan nanti malah saya mendapat banyak pendukung di sana,” ujarnya berkelakar. Perjalananya ini direncanakan akan ditempuh dalam 750 hari.

Orang Pertama

Baginya, perjalanan melintasi Bhutan memang tidak terlupakan. Bukan karena eksotiknya negeri ini, tetapi peraturan ketat negara ini tidak membolehkan wisatawan melakukan perjalanan perseorangan. Wisatawan harus tergabung dalam group dan dipandu operator wisata.Dua hari ia tertahan di perbatasan karena tidak bisa melewati Samdrup Jongkar. Izin harus diurus dari India. Samdrup Jongkar merupakan pintu masuk ke Bhutan. Tetapi pintu masuk yang dilewati Jeffrey lain. Ia masuk melalui Phounsheling. Satu-satunya orang di dunia yang masuk Bhutan melalui daerah itu. “Petugas imigrasi di sana mengatakan selama bertugas 20 tahun, baru kali ini ia memberikan cap masuk ke negaranya melalui Phounsheling. Biasanya ia hanya memberikan cap bagi mereka yang akan keluar,” ujarnya.

Sebagai pribadi yang mudah karib dengan siapapun, kesulitan baginya tidak menjadi bencana. Justru dalam kesulitan memasuki Bhutan, ia ditolong oleh Kepala Bea Cukai Samdrup Jongkar yang bernama Shimidorji. Bahkan ia boleh menginap di rumahnya.Ketika sudah berhasil mendapatkan izin masuk Bhutan, kesulitan kembali ia hadapi. Di setiap pos pemeriksaan ia mendapat hambatan. Tak hilang akal, Jeffrey kembali menghubungi Shimidorji. Komunikasi ini ampuh, karena keesokan harinya, di setiap pos perbatasan, foto dirinya sudah terpampang. “Sehingga ketika saya sampai, saya tinggal bilang thats me, dan mereka pun mempersilakan saya lewat,” kata Jeffrey. Enam pos perbatasan ia lewati tanpa kesulitan, padahal sebetulnya pelintas negara dengan motor tidak diizinkan di negara tersebut.

Supel

Bukan Jeffrey kalau tidak mampu melewati berbagai hambatan. Kesupelan pribadinya tidak hanya dirasakan oleh kawan-kawannya di Indonesia. Panggilan akrab Bro JJ melekat dalam pergaulan keseharian bapak dua putra ini. Di berbagai belahan dunia, ternyata ia pun mampu menawarkan persahabatan yang sama hangatnya.Lepas dari Bhutan, ia menuju ke India. Dalam perjalanan menuju ke New Delhi, ketika sampai di daerah Shiliguri, kendaraannya rusak. Swingarm BMW R1150 GS Adventure yang dinaikinya patah ketika berusaha menghindari jurang sedalam 70 meter. Sparepart pun harus didatangkan dari Jerman dan Indonesia. Shiliguri merupakan daerah yang berbahaya karena rawan perampokan dan kriminal lainnya. Ketika melihat Jeffrey berhenti di daerah tersebut, seorang sopir truk yang melintas menyuruhnya bergegas. Tapi melihat kerusakan yang dialaminya, justru ia berhenti dan menolong Jeffrey mengangkut kendaraannya menuju New Delhi, dibantu sopir-sopir yang lain yang melintas kemudian. “Itu solidaritas yang luar biasa,karena mereka tahu daerah itu sangat rawan,” ujar Jeffrey.

Cerita menarik juga ia dapatkan di Banglades. Di negara ini, misi damainya dikaitkan dengan perolehan nobel Muhammad Yunus. Kedatangannya ke Banglades tepat seminggu sebelum Muhammad Yunus mendapatkan nobel perdamaian. Promotor Kang JJ, Letkol (purn) Soeyono mengatakan, rencana perjalanan keliling dunia sudah lama dibahas. Tetapi berbagai kendala masing membayangi waktu itu. Entah karena kecelakaan yang dialami JJ, pesta demokrasi Pemilu atau bencana tsunami, membuat perjalanan itu selalu terulur waktu.“Perjalanan panjang ini direncanakan untuk waktu lima tahun. Dua tahun untuk etape pertama dan dua tahun untuk etape berikutnya. Tetapi pasti setelah perjalanan keliling 45 negara ini, Jeffrey beristirahat selama satu tahun,” ujar Soeyono.

Dukungan pun tidak hanya datang dari para sponsornya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menyatakan simpatik dan dukungan terhadap perjalanan damai ini.Misinya memang mulia, selain misi damai, perjalanan panjang ini ia lakukan sebagai ucapan terima kasih pada banyak negara karena sudah membantu Indonesia menangani bencana tsunami. Ia juga berkeinginan untuk meningkatkan citra positif mengenai Indonesia melalui people to people contact.Setelah India, ia harus bergegas masuk ke Pakistan pada tanggal 20 November. Seminggu kemudian, petugas perbatasan Pakistan – Afganistan sudah menunggu dirinya. Petugas perbatasan ingin memastikan Jeffrey masuk wilayah konflik tersebut tanpa gangguan.

Dikawal Land Lord

Senja baru saja memeluknya di Kabul ketika kami kembali bisa bekomunikasi. Bukan Jeffrey kalau tak ada cerita elok. Di medan pertempuran ini ia banyak menjumpai mesin-mesin perang. Sebelumnya, dari Pakistan menuju Peshawar ada daerah tak bertuan yang disebut Khyber Pass yang harus dilalui. Tribal adalah penguasa di daerah ini. Tak heran masing-masing wilayah dijaga land lord yang mempunyai pasukan bersenjata lengkap. Perbedaan wilayah ini tampak dari pakaian yang dikenakan oleh masing-masing land lord. Alhasil tak mudah bagi Jeffrey untuk melintas, terlebih memang tidak ada motor yang diizinkan masuk. Tapi dengan kawalan land lord, Jeffrey pun melenggang diantar hingga perbatasan Torkham, meski tidak mengendari motornya.

Dari Torkham menuju Jalalabad, perjalanannya lancar. Ia pun mendapat sambutan hangat dari masyarakat dan media. Namun, malamnya, ia diserempet orang bersenjata, yang tidak diketahui dari faksi mana. Tujuannya hanya satu : kriminal. Beberapa barang pun berpindah tangan, tapi Jeffrey selamat. “Mungkin karena gelap jadi mereka tidak melihat kalau saya pelintas negara dengan misi damai,” ujarnya. Malam di wilayah ini memang selalu tidak aman bagi siapa saja. Tetapi di Kabul, Jeffrey justru menjadi ikon TV untuk acara sport adventure. Setiap acara ini muncul, gambar dirinya pun selalu ada dengan pesan damainya. “Masyarakat dan media di Kabul bangga karena ada orang asing yang mau masuk ke negaranya yang belum aman,” jelasnya.

Dihadang Milisi

Sebagian besar wilayah yang ia lalui merupakan daerah-daerah yang sedang bergejolak.daerah seperti Assam di India, Pakistan, Afganistan.Bukan hanya sekali dua ia dihadang oleh milisi atau militer bersenjata lengkap. Biasanya ini terjadi di wilayah perbatasan yang berbahaya. Pernah ia dihadang milisi berusia 16 tahun, bersenjata lengkap. Tatapan curiga dan todongan senjata yang ia dapatkan. Bukan Jeffrey kalau hambatan ini tidak mampu ia lalui. Ketenangan membayang di wajahnya. Sang milisi cilik pun diajaknya duduk bersanding dan menikmati sulap yang ia mainkan dengan jemarinya. Awalnya memang tidak ada senyum, tetapi lama-lama, tersungging juga seuntai senyum di wajah anak itu. Pernah suatu waktu, ia hampir kehabisan bahan bakar dan tak ada tempat untuk bertanya. Padahal ketika itu ia melintas di wilayah, yang meski bukan perbatasan, tetapi situasinya tetap tidak aman.

Masyarakat setempat memiliki kebiasaan kongkow tiap sore dan menikmati minuman keras. Siapa yang tidak minum, tidak akan diajak bicara, terlebih orang asing seperti dirinya. Otaknya kembali berpikir, bagaimana bisa melintas dengan aman dan tanpa gangguan. Kebetulan di motornya ada sebotol minuman. “Saya bilang ke mereka, saya mau saja minum, tetapi bensin saya habis. Jadi minuman ini akan saya jadikan bensin saja. Mereka bilang jangan! 20 kilo meter ke depan ada pompa bensin. Informasi ini sebetulnya yang saya inginkan,” ujarnya. Lalu ia menawarkan minuman itu. Setelah tegukan pertama, JJ buru-buru tancap gas, karena khawatir milisi-milisi itu semakin tidak kontrol ketika sudah meneggak minuman keras.

Kehebatan JJ berkomunikasi memang melancarkan perjalanannya. Kehebatan sebagai komunikator ini juga diakui oleh mantan Kasum TNI Letjen (Purn) Suyono. “Jeffrey orang yang tepat untuk misi ini. Tidak salah menunjuk dia sebagai duta perdamaian dengan misinya Ride for Peace. Pesan damai tersampaikan dari cara dia berinteraksi dengan masyarakat suatu negara yang ia temui. Dia memang komunikator hebat,”ujarnya. Jeffrey, lelaki kelahiran Bandung, 18 Juni 1960 ini menjadi satu-satunya anggota International Long Rider Society asal Indonesia. Perjalanan JJ tersebut bisa diikuti melalui website www.RideforPeace.com. Website ini juga menyandang sebagai website terbaik.

0 comments :